Orang Pintar Vs Orang Bodoh


Orang bodoh sulit dapat kerja, akhirnya dia menjalankan bisnis.
Agar bisnisnya berhasil, tentu dia harus merekrut orang pintar.
Jadi bosnya orang pintar adalah orang bodoh.

Orang bodoh sering melakukan kesalahan sehingga dia merekrut orang pintar yang tidak pernah salah memperbaiki yang salah.
Jadi orang bodoh memerintah orang pintar untuk keperluan orang bodoh.

Orang pintar belajar untuk mendapatkan ijazah untuk dipergunakan melamar kerja.
Orang bodoh berpikir secepatnya mendapatkan uang untuk membayari proposal yang dibuat  orang pintar.

Orang bodoh tidak bisa membuat teks pidato, disuruhlah orang pintar untuk membuatnya.
Orang bodoh kayaknya susah untuk lulus Sarjana Hukum.
Oleh karena itu, orang bodoh memerintahkan orang pintar untuk membuat undang-undang untuk orang bodoh.
   
Orang bodoh biasanya jago cuap-cuap jual omongan.
Sementara itu, orang pintar mempercayainya.
Tapi, selanjutnya orang pintar menyesal karena telah mempercayai orang bodoh.
Tapi toh saat itu orang bodoh sudah ada diatas.
   
Orang bodoh berpikir pendek untuk memutuskan sesuatu, dipikirkan panjang-panjang oleh orang pintar,
jadinya orang pintar menjadi stafnya orang bodoh.
   
Saat bisnis orang bodoh mengalami kelesuan, dia mem-PHK orang-orang pintar yang bekerja.
Tapi, orang-orang pintar DEMO. Jadinya orang-orang pintar “meratap-ratap” kepada orang bodoh agar tetap diberikan pekerjaan.
   
Saat bisnis orang bodoh maju, orang pintar akan menghabiskan waktu untuk bekerja keras dengan hati senang,
sementara orang bodoh menghabiskan waktu untuk bersenang-senang dengan keluarganya.
   
Mata orang bodoh selalu mencari apa yang bisa dijadikan uang.
Mata orang pintar selalu mencari kolom lowongan pekerjaan di media massa.
   
Orang pintar merasa gengsi ketika gagal di satu bidang sehingga langsung beralih ke bidang lain, ketika menghadapi hambatan.
Orang bodoh seringkali tidak punya pilihan kecuali mengalahkan hambatan tersebut.
   
Bill Gates, Dell, Henry Ford, Liem Swie Liong tidak pernah dapat S1, tapi menjadi kaya.
Ribuan orang pintar bekerja untuk mereka dan ribuan jiwa keluarga bergantung pada mereka.
   
Orang pintar menganggap untuk berbisnis perlu tingkat pendidikan tertentu.
Orang bodoh berpikir bahwa siapapun pun bisa berbisnis, termasuk dirinya sendiri.


PERTANYAAN :
Mending jadi orang pintar atau jadi orang bodoh ?
Pinteran mana, orang pintar atau orang bodoh ?
Mulia mana, orang pintar atau orang bodoh ?
Susah mana, orang pintar atau orang bodoh ?

KESIMPULAN :
Jangan terlalu lama jadi orang pintar. Jadilah orang bodoh yang pintar, daripada jadi orang pintar yang bodoh

Kata kuncinya adalah 'resiko' & 'berusaha'.
Karena orang bodoh berpikir pendek, maka dia bilang resikonya kecil, selanjutnya dia berusaha agar resiko betul-betul kecil.

Orang pintar berpikir panjang, maka dia bilang resikonya besar, selanjutnya dia tidak berusaha mengambil resiko tersebut dan mengabdi kepada orang bodoh.

Di manakah posisi Anda saat ini ?

Berhentilah meratapi keadaan Anda yang sekarang.
Ini hanya sebuah refleksi dari semua retorika dan dinamika kehidupan.
Semua pilihan dan keputusan ada di tangan Anda untuk merubahnya. (estonhasiant)
 

©Copyright 2011 Kelopak Teratai | TNB